KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL TERIMESTER I, II, DAN III
ASKEB
I KEHAMILAN
Oleh :
ARMIANTI
14.1301.315
G.14
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
FAKULTAS
KEPERAWATAN
PROGRAM
STUDI DIII KEBIDANAN
MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami
masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I,
II, dan III”. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “ASKEB
I”.
Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal
‘Alamiin.
Makassar, Agustus 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B. Tujuan
Masalah
C. Rumusan
Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perubahan Psikologi Ibu Hamil.
1.
Trimester I
2.
Trimester II
3.
Trimester III
B.
Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil Trimester I,
II, dan III........
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan
keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi
selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota
keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus
terlibat terutama suami. Ketersediaan dukungan sosial untuk kesejahteraan
psikososial ibu hamil adalah hal yang penting. Dukungan dan kasih sayang dari
anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa
takut dan khawatir dengan kehamilannya. Selain dukungan dari
keluarga, ibu hamil juga memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan khususnya
bidan yang menemani ibu selama masa kehamilannya.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui apa sajakah kebutuhan psikologi yang
diperlukan ibu hamil pada trimester I, II, dan III.
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah perubahan psikologi ibu hamil
trimester I, II, dan III ?
2.
Apa sajakah kebutuhan psikologi ibu hamil
pada trimester I, II, dan III ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan Psikologi Ibu Hamil
Sekarang wanita merasa
sedang hamil dan perasaannya pun bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal
ini dipengaruhi oleh keluhan umum seperti lelah, lemah, mual, sering buang air
kecil, membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya perubahan emosi yang
sering terjadi adalah mudah menangis, mudah tersinggung, kecewa penolakan, dan
gelisah serta seringkali biasanya pada awal kehamilan ia berharap untuk tidak hamil.
Pada trimester ini
adalah periode penyesuaian diri, seringkali
ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. ibu
sering merasa ambivalen, bingung, sekitar 80% ibu melewati kekecewaan, menolak,
sedih, gelisah. Kegelisahan timbul karena adanya perasaan takut, takut abortus
atau kehamilan dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut
rumah sakit, dan lain-lain. Perasaantakut ini hendaknya diekspresikan sehingga
dapat menambah pengetahuan ibu dan banyak orang yang membantu dan memberi
perhatian.
Oleh karena itu sangat penting adanya keberanian wanita untuk komunikasi baik
dengan pasangan, keluarga maupun bidan.
Sumber kegelisahan
lainnya adalah aktivitas seks dan
relasi dengan suami. Wanita
merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang atraktif adanya perubahan fisik
sehingga menjadi tidak percaya diri. Kebanyakan wanita mengalami penurunan
libido pada periode ini. Keadaan ini membutuhkan adanya komunikasi yang terbuka
dan jujur dengan suami. Perubahan psikologi ini menurun pada trimester 2 dan
meningkat kembali pada saat mendekati persalinan.
Kegelisahan sering
dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat mengganggu. Dengan meningkatnya pengetahuan dan
pemahaman akan kehamilan, bahaya/risiko,komitmen untuk menjadi orang tua,
pengalaman hamil akan membuat wanita menjadi siap. Perasaan ambivalen
akan berkurang pada akhir trimester 1 ketika wanita sudah menerima/ menyadari
bahwa dirinya hamil dan didukung oleh perasaan aman untuk mengekspresikan
perasaannya.
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui
bahwa dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya perasaan bangga atas
kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya
untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon
ayah akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan
menghindari hubungan seks karena takut mencederai janin.
2.
Trimester II
Periode ini sering
disebut priode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu
tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokus pada bayinya, gerakan
janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada bayinya. Sehingga ibu selalu
waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan menghindari
orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya,
membuat baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayi,
menduga-duga akan jenis kelaminnya dan rupa bayinya.
3.
Trimester III
Pada trimester III
biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan
pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu
kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu
merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung
serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil,
disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan
keluarganya.
Masa ini disebut juga
masa krusial/penuh kemelut
untuk beberapa wanita karena ada kritis identitas, karena mereka mulai berhenti
bekerja, kehilangan kontak dengan teman. Mereka merasa kesepian
dan terisolasidi rumah. Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tidakan
meedikalisasi saat persalinan, perubahan body image merasa kehamilannya sangat
berat, tidak praktis, kurang atraktif, takut kehilangan pasangan. Bidan harus
mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah stres yang dialami ibu hamil,
mampu menilai kemampuan coping dan memberikan dukungan.
B.
Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil Trimester I,
II, dan III
1.
Support keluarga
Dukungan selama masa kehamilan sangat
dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat
apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa
tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang
terdekat.
1) Dukungan
dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu
produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu
kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun
mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan
baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap
masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami
kehamilan.
2) Keterlibatan
suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan
pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif
dalam masa kehamilan, dapat mempengaruhi keberhasilan seorang istri dalam
mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa
besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
3) Saat
hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin
seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan
mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri ke dokter untuk memeriksakan
kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya
dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang
bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
b.
Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun
lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan
emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap
orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi
bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
c.
Lingkungan
1) Doa
bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/
kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan.
2) Membicarakan
dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan.
3) Adanya
diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa.
4) Menunggui
ibu ketika melahirkan.
5) Mereka
dapat menjadi seperti saudara ibu hamil.
2.
Support tenaga
kesehatan (Bidan)
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
Bidan
juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat membagi
pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri, misalnya jika bidan
tersebut juga pernah merasakan kehamilan, hal ini akan membuat klien mengerti
akan fungsi bidan yang disatu sisi sebagai seorang bidan dan disisi lain
sebagai manusia biasa yang juga merasakan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam siklus kehidupan. Bidan juga dapat menceritakan pengalaman orang
lain sehingga klien mampu membayangkan bagaimana cara mereka sendiri
untuk menyelesaikan dan menghadapi masalahnya.
Bidan juga berperan sebagai seorang
pendidik, bidan yang memutuskan apa yang harus di beritahukan kepada klien
dalam menghadapi kehamilannya agar selalu waspada terhadap perubahan yang
terjadi, perilakunya dan bagaimana menghadapi permasalahnnya yang timbul akibat
kehamilannya.
Dalam memberikan
informasi dan pendidikan kesehatan, bidan mengurangi pengaruh yang negatif
misalnya kecemasan dan ketakutan yang sering ditimbulkan oleh cerita cerita
yang menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang
lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan
persalinan. Bidan mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperi senam hamil
untuk memperkuat otot otot dasar panggul.
Pada trimester
pertama, tenaga kesehatan dapat memberi dukungan dengan menjelaskan dan
meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah sesuatu yang sangat
normal, sebagian besar wanita merasakan hal yang serupa pada trimester pertama.
Membantu ibu untuk memahami setiap perubahan yang terjadi padanya baik fisik
maupun psikologis . Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan merasa lebih baik dan berbahagia
pada trimester kedua.
Pada trimester ke dua,
ibu sudah mulai merasa lebih sehat dan menginginkan kehamilannya sehingga
petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan mengajarkan kepada ibu
tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda tanda bahaya, rencana kelahiran dan
kegawatdaruratan, karena saat ini merupakan waktu dan kesempatan yang paling
tepat.
Trimester ketiga
seringkali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat itu ibu merasa
tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kewaspadaan ibu terhadap timbulnya
tanda dan gejala terjadinya persalinan meningkat .Pada trimester ini, petugas
kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan
ibu adalah normal, Membicarakan lagi dengan ibu bagaimana tanda tanda
persalinan yang sebenarnya dan menenangkan ibu.
3.
Rasa aman dan nyaman
selama kehamilan
Orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukan
bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil
akan menunjukan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selam masa nifas. Ada dua
kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil, kebutuhan pertama ialah
menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi
bayi tersebut kadalam keluarga.
Peran keluarga khususnya suami, sangat
diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan
suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami
istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan
nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat.
Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu
memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan
minum tablet besi, maupun membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga selama
ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi
dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.
4.
Persiapan menjadi
orang tua
Suami
akan mengalami perubahan menjadi orang tua, seperti bertambahnya tanggung
jawab. Selama periode prenatal, ibu ialah satu-satunya pihak yang membentuk lingkungan
tempat janin tumbuh dan berkembang.
Reaksi
pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi seorang ayah maka
timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dan
keprihatinan akan persiapannya menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk
keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu
yang sedang hamil dan menghindari se ks karena takut akan mencederai bayinya.
Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan
ini dan menerimanya.
Steele
dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan proses yang
terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis dan
mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat
emosional, melibabkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua componen ini
penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dukungan selama masa
kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama
dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Bidan berperan
memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi perubahan
fisik dan adaptasi psikologis. Dalam memberikan support kepada ibu hamil,
bidan juga berperan sebagai fasilitator dan pendidik.
B.
Saran
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita senantiasa memberikan dukungan/ support kepada setiap ibu hamil agar supaya mereka dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang mereka alami dan dapat memperoleh dukungan moral yang dapat membuat mereka lebih nyaman dalam menjalani kehamilannya.
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita senantiasa memberikan dukungan/ support kepada setiap ibu hamil agar supaya mereka dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang mereka alami dan dapat memperoleh dukungan moral yang dapat membuat mereka lebih nyaman dalam menjalani kehamilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah,dkk.2010.Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Graha Ilmu; Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar