pembinaan akseptor KB Melalui Konseling serta Praktek Pembinaan Akseptor KB



KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum Wr. Wb.Alhamdulillah,
           Segala puji bagi Allah SWT. Karena berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ pembinaan akseptor KB melalui konseling serta praktek pembinaan akseptor KB. 
Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan membaca makalah ini, sedikit banyaknya akan menambah pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, November 2015


Penyusun









DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................
C.     Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    pembinaan akseptor KB melalui konseling ............................................
B.      praktek pembinaan akseptor KB ............................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .................................................................................................
B.     Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia saat itu 120 juta jiwa. Dalam kurang lebih 30 tahun, penduduk Indonesia bertambah 70% (sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta jiwa). Sedangkan program KB sudah dikenal sejak tahun 1970. Dari mulai tahun 2000 sampai sekarang angka penduduk Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa. Hal ini dapat dikatakan hampir 30% dari angka di tahun 1971. Dari hal ini dapat dilihat bahwa trend KB merosot dalam decade ini (Xixi, 2009).
KB pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain.
Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu metode KB, ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan tujuan dari program KB, hanya efek samping tapi kadang-kadang turut mengusik kebahagiaan rumah tangga. Beberapa di antara mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang ingin menunda kehamilan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara pembinaan akseptor KB melalui konseling ?
2.      Bagaimanakan praktek pembinaan akseptor KB ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara pembinaan akseptor KB melalui konseling.
2.      Untuk mengetahui praktek pembinaan akseptor KB.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembinaan Akseptor KB Melalui Konseling
Pembinaan akseptor KB dapat dilakukan dengan konseling, dimana akseptor sebagai klien dan bidan sebagai konselor.
1.      Adapun tugas konselor, meliputi :
a.       Membuat klien memiliki pengetahuan yang lengkap dan tepat mengenai berbagai obat/alat kontrasepsi.
b.      Membantu klien benar-benar mempertimbangkan keputusannya untuk memilih dan menggunakan salah satu obat/alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya.
c.       Memberikan kesiapan psikologis.
d.      Memberikan pertimbangan apakah klien sudah memenuhi persyaratan berdasarkan riwayat reproduksi dan riwayat penyakit.
e.       Memberikan penjelasan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi/efek samping.
f.       Mendokumentasikan informed consent, informed choice, dan persyaratan lain yang dibutuhkan.
g.      Menjadwalkan/merujuk klien untuk tindakan lain yang diperlukan lebih lanjut.
2.      Ada enam prinsip konseling, yaitu :
a.       Layani masing-masing klien dengan baik.
b.      Berinteraksi sesuai dengan karakter klien.
c.       Sampaikan tujuan informasi ke klien.
d.      Hindari informasi yang berlebihan.
e.       Layani metode yang diinginkan klien.
f.       Bantu klien siap dan mengingat metode yang dipilih.
3.      Konseling yang dilakukan bidan kepada klien (calon akseptor KB) meliputi 6 topik, yaitu :
a.       Efektifitas bagaimana kemampuan KB untuk mencegah kehamilan tergantung kepada penggunanya (akseptor).
b.      Untung dan rugi dari semua program KB penting untuk disampaikan, mengingat kerugian bagi kebanyakan orang, justru keuntungan  bagi yang lainnya.
c.       Efek samping dan komplikasi beritahu klien mengenai efek samping dari metode KB tersebut.
d.      Cara penggunaan perlu disampaikan guna menghindari kegagalan.
e.       Tingkat resiko untuk terkena IMS perlu dipahamkan kepada klien.
f.       Waktu kunjungan ulang harus diberitahukan ke klien.

B.     Praktik Pembinaan Akseptor KB
1.      Kondom
Langkah-langkah pembinaan akseptor kontrasepsi kondom, yaitu :
1.      Persiapan tempat : ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih.
2.      Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan maksud kedatangan klien.
3.      Menanyakan alasan klien ingin menggunakan kondom : (penapisan awal khususnya pada aksetor baru betul-betul harus diperhatikan)
a.       Apakah klien ingin berpartisipasi dalam program KB ?
b.      Apakah klien ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi ?
c.       Apakah klien ingin kontrasepsi sementara dan tidak berjangka panjang ?
d.      Apakah klien ingin menggunakan kontrasepsi jika akan berhubungan ?
4.      Memberikan KIE mengenai kondom, meliputi :
a.       Profil
b.      Cara kerja
c.       Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi
d.      Keterbatasan
e.       Efek samping dan penanganannya.
5.      Jika klien sudah sesuai dengan persyaratan pemakaian kondom dan sudah menyetujui, berikan kondom kepada akseptor sesuai dengan kebutuhan.
6.      Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kondom :
a.       Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
b.      Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahan spermisida ke dalam kondom.
7.      Jangan menggunakan gigi, benda tajam sepserti pisau dan gunting pada saat membuka kemasan.
8.      Gunakan kondom hanya satu kali pakai.
9.      Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah.
10.  Kondom jangan disimpan pada tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau sobek saat digunakan.
11.  Perhatikan tanggal kadaluarsa pada kemasan tanggal, jangan gunakan kondom bila telah kadaluarsa atau jika kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
12.  Jangan gunakan minyak goreng atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.
13.  Mengajari klien cara menggunakan kondom dengan memakai model penis, yaitu : pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glands penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
14.  Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit pada bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada calon akseptor adalah :
a.       Sebelum penis melembek, segera keluarkan penis dari vagina dengan memegang bagian pangkal kondom sehingga kondom tidak terlepas.
b.      Lepaskan kondom diluar vagina pada saat penis melembek agar tidak terjadi tumpahan sperma didalam vagina.
15.  Buang kondom pada tempat yang aman.
16.  Yakinkan klien telah mengerti dengan informasi yang kita berikan.
17.  Lakukan konseling akhir.

2.      Pil
Langkah-langkah pembinaan akseptor kontrasepsi pil (pil kombinasi), yaitu :
1.      Persiapan tempat: ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih.
2.      Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan maksud kedatangan klien.
3.      Menanyakan keadaan klien, yaitu :
a.       Usia ibu saat ini.
b.      Menanyakan riwayat gravida, paritas, jumlah anak hidup dan usia anak terkecil.
c.       Riwayat menstruasi (HPHT, siklus, lama, dan volume)
d.      Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya.
e.       Riwayat hubungan seksual.
f.       Apakah klien sedang menyusui ?
g.      Apakah ibu pasca keguguran ?
4.      Menanyakan alasan klien ingin menggunakan pil kombinasi.
5.      Memberikan KIE mengenai pil kombinasi, meliputi :
a.       Profil
b.      Cara kerja.
c.       Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi.
d.      Keterbatasan.
e.       Efek samping dan penanganannya.
6.      Mencuci tangan.
7.      Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan (tekanan darah dan penimbangan berat badan dilakukan rutin).
8.      Menginformasikan kepada klien tentang :
a.       Pil dapat dimulai pada saat haid (untuk meyakinkan wanita tersebut tidak hamil).
b.      Apabila dimulai setelah haid (misalnya hari ke-8) maka ibu perlu menggunkana barier lain selama 7 hait atua tidak melakukan hubungan seksual.
9.      Memberikan instruksi cara minum pil kombinasi :
a.       Minum setiap hari pada waktu yang sama.
b.      Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, minum pil lain, atau gunakan metode kontrasepsi.
c.       Bila klien muntah hebat, diare lebih dari 24 jam maka keadaan memungkinkan dan tdak memperburuk anda, maka pil dapat diteruskan.
d.      Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara penggunaan pil lupa.
e.       Bila lupa minum pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.
f.       Bila lupa minum pil2 atau lebih (hari 1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai terkejar. Sebaiknya gunakan kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket pil tersebut.
10.  Sampaikan kapan ibu harus kembali.


3.      Suntik
Langkah – langkah pembinaan akseptor kontrasepsi suntik, yaitu :
1.      Persiapan tempat : ruangan tertutup, aman , nyaman, dan bersih.
2.      Memberikan salam, perkenalkan diri dengan ramah dan tanyakan maksud tujuan kedatangan klien.
3.      Menanyakan alasan klien ingin menggunakan suntik.
4.      Penapisan awal klien ( pada akseptor baru )dan melakukan konseling awal.
5.      Melakukan informed consent.
6.      Persiapan alat :
a.       Obat / suntikan KB.
b.      Handscoon ( berfungsi sebagai proteksi dini ).
c.       Korentang .
d.      Spuit 3 cc.
e.       Kapas alkohol dan kapas DTT.
f.       Bengkok.
g.      Tensimeter, stetoskop.
h.      Timbangan berat badan.
i.        Catatan kartu, dan registrasi KB.
j.        Informed consent.
k.      Larutan klorin 0,5 %.
7.      Menganjurkan klien menimbang berat badan.
8.      Mencuci tangan.
9.      Menganjurkan klien tidur di tempat tidur.
10.  Mengukur tekanan darah klien.
11.  Melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan :
a.       Cek tanda – tanda kehamilan ( tidak pasti, seperti kloasma gravidarum, dan lain – lain).
b.      Periksa konjungtiva ada tidaknya anemis, dan skelera ikterik atau tidak.
c.       Periksa pembesaran kelenjar tiroid dengan meletakkan 3 jari pada leher, kemudian minta ibu untuk menelan, di katakan normal apabila tidak terdapat sesuatu yang melebihi batas tangan kita, demikian sebaliknya.
d.      Pemeriksaan payudara ( apakah terdapat massa atau tanda – tanda kehamilan ).
e.       Pemeriksaan abdomen ada tidaknya massa atau pembesaran karena kehamilan.
f.       Periksa ekstremitas bawah tentang adanya varises. Varises merupakan penyakit vena yang paling mudaah di kenali meskipun varises dalam penapisan adalah aman.
12.  Mendekatkan alat – alat.
13.  Memakai handscoon.
14.  Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik dalam bottol dosis tunggal dan menyampaikan hasilnya kepada klien.
15.  Mengatur posisi klien sesuai dengan kebutuhan.
16.  Mengocok botol / vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat hindari terjadinya gelembung – gelembung udara.
17.  Buka dan buang tutup logam atau  plastik vial yang menutupi karet ( jangan sampai tersentuh, namun apabila tersentuh hapus karet di bagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan kering ).
18.  Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang pangkal jarum dalam keadaan tertutup dan jarum masih terpasang.
19.  Tusukkan jarum suntik ke dalam vial melalui penutup karet, putar vial ke bawah , masukkan cairan suntik dalam spuit, jaga agar jarum tetap dalam cairan jangan masukkan udara ke dalam alat suntik.
20.  Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik kemudian secara perlahan – lahan tekan pendorong ke tanda batas dosis, cabut jarum dari vital.
21.  Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikkan pada klien ( dengan tekhnik pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum ).
22.  Membebaskan daerah yang akan di suntik ( musculus gleteus kuadran luar ) dari pakaina dan menentukan lokasi penyuntikan ( temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan tentukan 1/3 bagian atas dari SIAS sebagai tempat penyuntikan ).
23.  Bersihkan kulit daerah suntikan dengan kapas yang di celupkan dalam air DTT dengan gerakan melingkar ke arah luar, biarkan kering.
24.  Menusukkan jarum hingga pangkal jarum suntik secara IM.
25.  Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit, jika tidak terhilat darah terhisap, suntikkan obat secara perlahan – lahan hingga habis dan cabut jarum.
26.  Tekan sebentar bekas suntikan dengan kapas DTT yang baru agar obat suntikan tidak keluar dari bekas suntikan ( bukan masase ).
27.  Jangan memijat / memasase daerah suntikan, jelaskan ke klien bahwa dengan tindakaan tersebut dapat mempercepat pelepasan obat dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif kontrasepsinya menjadi lebih pendek.
28.  Sedot larutan klorin 0,5 % ke dalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang spuit tanpa di tutup jarumnya ke dalam tempat sampah khusus ( jarum tidak mudah tembus ).
29.  Merapikan klien, alat, mencuci sarung tangan dalam larutan klorin, dan di lepas dalam keadaan terbalik, rendam dalam larutan klorin.
30.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan.
31.  Mendokumentasikan hasil tindakan.
32.  Melakukan konseling akhir tentang efek samping yang mungkin terjadi dan kapan ibu harus datang kembali.


4.      AKDR
-          Langkah-langkah pembinaan akseptor pemasangan AKDR, yaitu :
1.      Mempersiapkan klien :
a.       Menyapa klien dengan ramah dan memperkenalkan diri serta menanyakan tujuan kedatangan klien.
b.      Bila belum dilakukan konseling, memberikan konseling sebelum melakukan pemasangan AKDR.
1)      Informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia, keuntungan, dan keterbatasan.
2)      Membantu klien untuk memilih jenis kontrasepsi yang diinginkan.
2.      Memastikan bahwa klien telah memilih AKDR, menjelaskan tentang kemungkinan efek samping pemakaian AKDR Cu-T 380A.
3.      Melakukan anamnesa untuk memastikan tidak ada masalah kondisi kesehatan pada klien sebagai pemakai AKDR.
4.      Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
5.      Memastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci kemaluannya dengan menggunakan sabun.
6.      Mencuci tangan dengan air sabun, mengeringkan dengan kain/handuk bersih.
7.      Menyiapkan alat dan bahan serta perlengkapan secara ergonomik.
8.      Membaringkan klien dengan posisi litotomi di atas meja ginekologi. Memasang duk dibawah bokong klien.
9.      Mempalpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan, atau kelainan lainnya di daerah suprapublik.
10.  Mengatur lampu yang terang untuk melihat serviks.
11.  Memakai sarung tangan DTT.
12.  Melakukan pemeriksaan genetalia eksterna dengan tangan non dominan.memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening, pembengkakan kelenjar bartolinidan skene.
13.  Melakukan pemeriksaan inspekulo. Memperhatikan apakah ada cairan vagina, servicitis, dan lain-lain.
14.  Melakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui besar, posisi, konsistensi, dan mobilitas uterus.
15.  Membuka dan merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %.
16.  Menjelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan dirasakan.
17.  Mempersiapkan Copper T 380 A yang akan dipasang :
a.       Membuka kemasan AKDR.
b.      Memasukkan pendorong ke dalam tabung AKDR.
c.       Menurunkan AKDR sehingga bagian atas kemasan AKDR menjadi longgar (agak ke bawah).
d.      Tangan non dominan menahan lengan AKDR, sementara tangan dominan mendorong tabung AKDR sehingga lengan AKDR menutup ke samping.
e.       Menarik tabung perlahan, lalu masukkan kedua lengan AKDR ke dalam tabung.
f.       AKDR siap dipasang.
18.  Memakai sarung tangan DTT yang baru.
19.  Memasang spekulum untuk melihat serviks. Memastikan bahwa serviks dapat terlihat dengan jelas dan posisi spekulum berada di depannya.
20.  Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
21.  Menjepit serviks dengan menggunakan tenakulum secara hati-hati pada arah jam 11 atau jam 12.
22.  Memasukkan sonde uterus untuk mengukur kedalaman uterus.
23.  Mengatur leher biru pada tabung inserter sesuai dengan hasil pengukuran kedalaman uterus, kemudian membuka seluruh plastik penutup kemasan.
24.  Memasukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam kanalis servikalis dengan posisi leher biru pada arah horizontal, mendorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan pada fundus uteri.
25.  Withdrawal teknik :
a.       Pegang pendorong (posisi diam) dengan menggunakan tangan non dominan.
b.      Tarik tabung AKDR keluar menuju ujung pendorong sehingga lengan AKDR yang terlipat dalam tabung akan keluar.
c.       Pegang tabung AKDR kemudian dorong tabung masuk sampai dengan batas leher biru tepat berada di ssepan portio.
26.  Mengeluarkan pendorong dari tabung inserter, mendorong kembali tabung inserter secara hati-hati samapi terasa ada tahanan di fundus.
27.  Menarik keluar sebagian tabung inserter, memotong benang 3-4 cm.
28.  Melepas tenakulum dengan hati-hati.
29.  Mengerluarkan spekulum.
30.  Membuang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi. Membereskan peralatan dan melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan segera setelah dipakai.
31.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkannya.
32.  Mengajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR.
33.  Mendokumtasikan tindakan pada status bidan atau kartu KB klien.

-          Langkah-langkah pembinaan akseptor pencabutan AKDR, yaitu :
1.      Menyapa klien dengan ramah.
2.      Menanyakan alasan klien ingin mencabut AKDR dan menjawab semua pertanyaannya. Menanyakan tujuan dari KB selanjutnya.
3.      Menjelaskan tentang proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat dan setelah pencabutan AKDR.
4.      Memastikan klien sudah menggosongkan kandung kemihnya dan mencuci alat kemaluannya menggunakan sabun.
5.      Menjelaskan apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
6.      Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
7.      Mencuci tangan dengan air sabun, mengeringkan dengan kain bersih.
8.      Memakai sarung tangan DTT.
9.      Memposisikan klien secara litotomi dan memasang alas bokong (setelah klien melepaskan pakaian dalamnya).
10.  Melakukan pemeriksaan bimanual.
11.  Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
12.  Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2-3 kali.
13.  Menjepit benang yang dekat serviks dengan klem dan menarik keluar benang dengan mantap tapi hati-hati utnuk mengeluarkan AKDR.
14.  Menunujukkan AKDR tersebut kepada klien.
15.  Mengeluarkan spekulum dengan hati-hati.
16.  Merendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%.
17.  Membuang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempat sampah medis.
18.  Merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%.
19.  Mencuci tangan dengan air dan sabun, mengeringkan dengan handuk bersih.
20.  Mendokumentasikan tindakan.


5.      Implant
-          Langkah – langkah pembinaan akseptor pemasangan implant,yaitu:
1.      Persiapan alat dan bahan :
a.       Tempat tidur
b.      Penyangga lengan  (meja)
c.       Duk lubang steril atau DTT 1 buah
d.      Kain bersih dan kain kering 1 buah
e.       Kapsul implant dalam kemasan
f.       Epinephire untuk  syok anafilatik
g.      Kapas dan kasa steril
h.      Antiseptik
i.        Band aid atau kasa steril dengan plester
j.        Kasa pembalut
k.      Tempat sampah basa,kering dan tajam
l.        Larutan klorin 0,5%
m.    Obat anestesi 1% tanpa epinephire
n.      Kom kecil steril 2 buah
o.      Klem 1 buah
p.      Trokar 1 buah
q.      Scalpel 1 buah
r.        Spuit 3 cc 1 buah
s.       Sarung tangan steril atau DTT 1 pasang
2.      Persiapan  ruangan : ruangan bersih,cukup penerangan,nyaman,dan menjamin privasi klien.
3.      Persiapan klien
a.       Penapisan awal harus dilakukan dengan teliti dan hati – hati.
b.      KIE pra  pemasangan harus dilakukan dengan tepat.
c.       Persetujuan tindakan medis (informed consent) harus dilakukan sebelum pemasangan dan ditandangani dan ditandatangani pasangan suami istri.
4.      Tutup tempat tidur klien atau penyangga lengan (meja samping bila ada)dengan kain bersih.
5.      Meminta klien untuk mencuci lengan dan kemudian berbaring dengan lengan diletakkan lurus atau sedikit dibengkokkan ke atas (diregangkan) disangga dengan baik.
6.      Tentukan tempat pemasangan yang optimal (6 -8 cm di atas lipatan siku sebelah dalam), gunakan pola untuk menandai insisi yang akan dibuat.
7.      Buka dengan hati – hati kemasan steril implant dengan menarik kedua lapisannya dan kapsul ke kom steril.
8.      Buka dengan hati – hati pembuka spuit untuk anestesi tanpa menyentuh spuit  dan jatuhkan pada tempat yang steril.
9.      Patahkan ampul obat anestesi. Bisa menggunakan gergaji ampul atau langsung dipatahkan apabila memungkinkan.
10.  Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih dan kering.
11.  Pakai sarung tangan steril pada tangan yang dominan.
12.  Isi spuit dengan 3 ml obat anestesi 1% tanpa epinephiren. ingat, prinsip satu tangan.
13.  Pakai sarung tangan dengan tangan yang lain.
14.  Usap tempat pemasangan dengan kapas atau kasa yang direndam dalam antiseptik 8 – 13 cm melingkar dari dalam keluar (dianjurkan memegang kapas / kasa berantiseptik dengan klem agar tangan tidak terkontaminasi dengan kulit.
15.  Pasang dengan lubang yang steril.
16.  Setelah memastikan tidak alergi sama terhadap obat anestesi, masukkan jarum tempat di bawah kulit pada tempat insisi kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan untuk membuat gelembung  di bawah kulit.kemudian tanpa memindahkan jarum,masuk di bawah kulit (subdemis) sekitar 4 cm diantara kapsul 1 dan 2 kemudian tarik jarum pelan –pelan  sambil menyuntikan obat anestesi sekitar 1 ml, selanjutnya antara kapsul 3 dan 4  serta antara kapsul 5 dan 6. Lakukan pemijatan pada lengan agar penyebaran obat merata, tunggu beberapa saat.
17.  Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan scalpel pada sisi yang tumpul untuk memastikan obat telah bekerja
18.  Pegang scalpel dengan sudut 45 derajat, buat insisi dangkal untuk sekedar menebus kulit (sekitar 0,4 cm).
19.  Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong  di dalamnya, masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil.mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas ,gerakkan trokar ke depan sampai ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit (2 -3 ml dari akhir ujung tajam).
20.  Angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat, masukkan trokar perlahan - perlahan dan lembut  ke arah tanda 1 (dekat pangkal). Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
21.  Saat trokar masuk sampai tanda 1 cabut pendorong.
22.  Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar dengan ibu jari dan telujuk atau dengan klem dengan yang lain di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.dorong kapsul sampai seleruhnya  masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali pendorong.bila kapsul di ambil dengan tangan pastikan sarung tangan terbebas dari bedak dan pertikel lain.
23.  Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tetapi jangan mendorong dengan paksa.
24.  Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangan.tarik trokar ke arah luka insisi sampai tanda 2 muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong .jaga pendorong agar tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul kejaringan (teknikm withdraw).
25.  Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong,kapsul sekarang berada di bawah kulit,keluar dari trokar. Raba kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah berada keluar seluruhnya dari trokar.
26.  Tanpa mengeluarkan seluruh trokar,geser sekitar 15 derajat,mengikut pola seperti kipas yang terdapat pada lengan. Fiksasi kapsul pertama dengan jari telujuk  dan masukkan kembali trokar sepanjang sisi jari telunjuk tersebut. Hal ini untuk memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang di pasang sebelumnya.
27.  Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul terdekat tidak kurang dari 15 mm dari tepi luka insisi.
28.  Setelah memasang kapsul terakhir, cabut trokar dan pendorong.raba kapsul untuk memastikan semua kapsul telah terpasang.
29.  Periksa apakah jarak ujung kapsul ke luka insisi sudah cukup (sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dari luka insisi, kapsul harus di cabut dengan hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
30.  Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan menggunakan band aid atau plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi, luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan  jaringan perut. Periksa adanya perdarahan..
31.  Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostatis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).
32.  Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat –alat ke tempat berisi larutan klori 0,5% untuk dekontaminasi.sebelum mencelupkan jarum dan alat suntik, isi dengan larutan klorin. Pisahkan pendorong dan trokar dan rendam, rendam semua alat selama 10 menit.
33.  Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan – bahan yang terkontaminasi dalam tempat sampah basah, jika menggunakan sarung tangan sekali pakai, setelah membuang bahan –bahan tersebut. Lepas sarung tangan dengan hati – hati dengan cara terbalik dan buang ke tempat sampah basah tersebut.
34.  Jika sarung tangan akan digunakan kembali, sebelum melepas sarung tangan, celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin dan rendam dalam keadaan terbalik,
35.  Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 
36.  Segera tulis di catatan medik tempat pemasangan kapsul dan hal-hal penting yang terjadi selama pemasangan. Kalau bisa gambarkan secara sederhana tempat pemasangan kapsul tersebut.
37.  Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk perawatan luka insisi pasca pemasangan.
a.       Jaga luka insisi tetap bersih dan kering selama minimal 48 jam.
b.      Mungkin akan terdapat memar, bengkak, atau sakit di daerah luka insisi selama beberapa hari. Hal ini adalah normal.
c.       Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan, luka, menambah tekanan pada tempat insisi dan mengangkat beban yang berat.
d.      Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di tempatnya selama luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
e.       Setelah luka inisisi sembuh, daerah tersebut dapat di sentuh dan dibersihkan dengan tekanan normal.
38.  Bila tidak ada masalah atau pertanyaan klien tidak perlu kembali sampai saat kapsul dicabut. Klien harus kembali ke klinik bila ditemukan masalah :
a.       Terdapat tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari).
b.      Terjadi abses.
c.       Haid yang terlambat setelah siklus haid yang teratur, terutama bila disertai sakit perut bagian bawah.
d.      Perdarahan pervaginam yang banyak.
e.       Perdarahan atau nanah di tempat pemasangan.
f.       Ekspulsi kapsul
g.      Serangan migrain, sakit kepala, atau gangguan penglihatan.

-          Langkah-langkah pembinaan aseptor pencabutan inplan yaitu :
1.      Persiapan alat dan babahan :
a.       Tempat tidur
b.      Penyangga lengan (meja)
c.       Sarung tangan steril atau DTT 1 pasang
d.      Duk lubang steril atau DTT 1 buah
e.       Kain bersih dan kering satu buah
f.       Klem 1 buah
g.      Scalpel 1 buah
h.      Klem mosquito dan chirle ( untuk tehnik standar)
i.        Klem pemegang implan ( modifikasi klem vasektomi tanpa pisau) untuk tehnik U
j.        Kom kecil steril 2 buah
k.      Spoit 5 atau 10 cc 1 buah
l.        Obat anastes i1% tanpa epinephirine
m.    Epinephirine untuk syok anaflatik
n.      Kapas dan kasa sterill
o.      Antiseptik
p.      Band aid atau kasa steril dengan plester
q.      Kasa pembalut
r.        Tempat sampah basah kkering dan tajam
s.       Larutan klorin 0,5 %
2.      Persiapan ruangan , ruangan bersih, cukup penerapan, nyaman dan menjaga privasi pasien
3.      Persiapan klien
a.       KIE sebelum pencabutan
b.      Informed consent
4.      Meminta klien mencuci seluruh lengan dan tanagan dengan sabun dan air mengalir.
5.      Tutup tempat tidur klien atau sangga lengan (meja samping bila ada) dengan kain bersih.
6.      Meminta klien berbaring dengan lengan di letakan lurus atau sedikit bekok dan di sangga dengan baik.
7.      Tentukan lokasi ke enam kapsul dengan merabah (tanpa sarung tangan) untuk menentukan tempat insisi.jika tidak dapat di raba,lihat lokasi pada catatan medik klien.
8.      Buka dengan hati-hati pembungkus spuit untuk anatesis tanpa menyentuh spuit dan jatuhkan pada tempat yang seterin.
9.      Patahkan ampul obat anatesis .
10.  Cuci tanagan dengan sabun dengan air mengalir,keringkan dengan kain bersih dan kering.
11.  Pake sarung tangan sterin pada tangan yang dominan.
12.  Isi spoit dengan 3 mil obat anatesis 1% tampat etinephrine.
13.  Pakai sarung tangan pada lengan yang lain .
14.  Usap tempat pemasangan dengan kapas atau kasa yang di rendam dengan anti septis 8-13cm  melingkar dari dalam keluar (dianjurkan memegang kapas/kasa berantiseptik dengan klem agar tangan tidak terkontaminasi dengan kulit).
15.  Pasang duk lubang
16.  Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anastesi, suntikkan sedikit obat anastesi pada tempat insisi untuk membuat gelembung dibawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukka jarum secara hati-hati di bawah ujung kapsul pertama sampai kurang lebih sepertiga panjang kapsul (1 cm), tarik jarum pelan-pelan sambil menyuntikka obat anastesi (kira-kira 0,5 ml) untuk mengangkat ujung kapsul. Tanpa mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan kebawah kapsul berikutnya. Ulangi proses ini sampai seluruh ujung ke enam kapsul terangkat. Bila perlu dapat di tambahkan lagi anastesi selama berlangsungnya proses pencabutan.
17.  Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan scalpel pada sisi yang tumpul untuk memastikan bawah obat telah bekerja.
·         Metode Standar
1.      Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Jika jarak tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum membentuk lokasi pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada dibawah insisi lama.
2.      Pada lokasi yang sudaah dipilih, buat insisi melintang yang kecil kurang lebih 4 mm dengan menggunakan scalpel.
3.      Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi.
4.      Dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak ujung pada luka insisi, memasukkan klem musquito yang ujungnya sudah dibuka dengan lengkungan jepitan yang mengarah keatas, kemudian jepit kapsul dengan klem tersebut.
5.      Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut. Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel pada sisi yang tidak tajam.
6.      Gunakan klem lain (muscoito atau cariel untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem p[ertama (yang paling dekat ujung kapsul) dan cabut kapsul dengan klem kedua.
7.      Setalah kapsul dicabut, masukkan kedalam kom yang sudah diisi dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
8.      Pencabutan capsul berikutnya adalah yang paling tampak mudah dicabut. Gunakan tehnik yang sama untuk pencabutan kapsul berikutnya.
·         Metode Teknik U
1.      Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 kurang lebih 5 mm dari ujung kapsul dekat siku.
2.      Buat insisi kecil (4 mm) memanjang dengan menentukan lokasi tegak lurus dengan implant  yang akan diambil (tapi bukan dibagian bawah) 
3.      Masukkan ujung klem pemegang implant secara hati-hati melalui luka insisi. Dengan dekat teknink ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti pada metode standar.
4.      Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.
5.      Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyetuh ujung kapsul, buka klem dan jepit ujung kapsul dengan seudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul kurang lebih 5 mm diatas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik kea rah insisi dan balikkan pegangan klem 180 derajat kea rah bahu klien untuk memeaparkan ujung bawah kapsul.
6.      Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah di cabut, bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel pada sisi yang tidak tajam, gunakan klem lengkung atau crile untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar, lepaskan klem  pemegang implant dan cabut kapsul dengan pela-pelan dan hati-hati.
7.      Setelah kapsul di cabut, masukkan kedalam kom yang sudah di isi dengan laritan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
8.      Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah di cabut gunakan teknik yang sama untuk pencabutan kapsul berikutnya.
·         Metode Teknik Pop Out
1.      Raba ujung-ujung kapsul didaerah dekat siku untuk memilih salah satu kpasul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian bawah kapsul (dekat bahu klien) yang telah di pilih tadi dengan menggunakan jari.
2.      Pada saat bagian ujung bawah kapsul (dekat siku tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil2-3 cm) diatas ujung kapsul scalpel.
3.      Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah  kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bagian tempat insisi.
4.      Masukkan ujung scalpel ke dalam luka insisi sampai tersasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang ujung kapsul dengan ibu jari  dan jari telunjuk.
5.      Tekan jaringan ikat yang sudah tepotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.
6.      Tekan sedikit ujung kapsul (dengan bahu) sehingga kapsul muncul (pop out) pada luka insisi dan mudah dapat  dipegang dan di cabut.
7.      Setelah kapsul di cabut, masukkan implant kedalam larutan clorin 0,5 % untuk dekomentasi.
8.      Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut gunakan teknik yang sama untuk pencabutan kapsul berikutnya.
·         Pencabutan Kapsul yang Sulit
1.      Raba ujung kapsul dengan jari tengah dan jari telunjuk kiri (ganti dengan jari kanan bila kidal). Letakkan jari tengah kiri pada ujung kapsul yang mengarah ke bahu dan jari telunjuk pada ujung kapsul yang mengarah ke siku, kemudian dorong kearah insisi.
2.      Masukkan klem mosquito ke bawah kapsul dengan kedua jari tetap menekan ujung kapsul
3.      Jepit kapsul dari bawah dan arahkan klem ke atas berlawanan dengan penekanan jari ke luar. Ujung klem yang sekarang masuk kedalam luka insisi kurang lebih 1 cm.
4.      Jangan mencoba untuk menarik kapsul keluar, lebih baik sambil meneruskan  mendorong  ujung kapsul  keaeah insisi, balik pegangan klem 180 derajat ke arah bahu dan kemudian pegang dengan tangan kiri.
5.      Bersihkan kapsul dari jaringan ikat dengan menggunakan kasa atau scalper pada sisi yang tidak tajam.
6.      Gunakan klem lain (crile) untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pertama(yang dekat ujung kapsul)  dan cabut kapsul dengan klem kedua.
7.      Setelah kapsul di cabut, masukkan ke dalam kom yang di isi dengan larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
8.      Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah di cabut. Gunakan teknik yang sama untuk pencabutan kapsul berikutnya.
9.      Bila klien tidak ingin memakai implant lagi, bersihkan daerah sekitar insisi dengan kasa  berantiseptik. Gunakan klem mosquito atau crile untuk memegang kedua tepi luka insisi untuk mengurangi pendarahan.
10.  Dekatkan kedua tepi lika insisi kemudian tutup dengan menggunakan band ald atau plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu di jahit karena dapat menimbulkan jaringan parut. Periksa adanya pendarahan.
11.  Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostatis dan mengurangi memar pendarahn subkutan.
12.  Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ketempat berisi larutan clorin 5% untuk dekontaminasi. Sebelum mencelupkan sarung dan alat suntik, isi dengan larutan clorin, pisahkan pendorong dan trokar dan rendam. Rendam semua alat selama 10 menit.
13.  Dengan masih memakai sarung tangan, buang baha-bahan terkontaminasi dalam tempat sampah basah. Jika menggunakan sarung tangan sekali pakai, setelah membuang baha-bahan tersebut. Lepaskan sarung tangan dengan hati-hati dengan cara terbalik dan buang ke tempat sampah.
14.  Jika sarung tangan akan digunakan kembali, sebelum melepas sarung tangan, celeupkan sarung tangan ke dalam larutan clorin dengan keadaan larutan terbalik.
15.  Cuci tanagan dengan sabun dan air mengalir.
16.  Segera tulis di catatan medic proses pencabutan kapsul dan hal-hal  yang penting  terjadi dalam pencabutan.
17.  Amati klie selama 15-20 menit untuk kemungkinan pendarahan dari luka insisi atau efek lain sebelim memulangkan klien. Beritahu petunjuk perawatan luka insisi pasca pencabutan.
a.       Jaga luka insisi tetap bersih dan kering minimal 48 jam
b.      Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah luka insisi selama beberapa hari. Hal ini adalah normal.
c.       Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan, luka
Menambah tekanan pada tempat insisi dan menangkat beban yang berat.
d.      Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan bandaid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari)
e.       Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat di sentuh dan di bersihkan dengan tekanan normal.
18.  Klien harus kembali ke klinik bila di temukan tanda-tanda infeksi demam, kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari.



BAB III
PENUTUP


a.      Kesimpulan
KB pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain.
Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu metode KB, ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan tujuan dari program KB, hanya efek samping tapi kadang-kadang turut mengusik kebahagiaan rumah tangga. Beberapa di antara mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang ingin menunda kehamilan.
b.      Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang cara pembinaan akseptor KB melalui konseling begitupun praktek pembinaan akseptor KB agar dapat diaplikasikan dengan baik dan benar dalam memberikan pelayanan kebidanan pada profesi di masa yang akan datang.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP PROSES KIP/K

NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR PROFESI

Hormon yang Berhubungan dengan Gametogenesis dan Fungsi Reproduksi