MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I DAN II BERMASALAH (PASSENGER)

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I DAN II BERMASALAH (PASSENGER)



OLEH

                                    ARMIANTI
                  (14.1301.315 )

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
MAKASSAR
2016



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penuis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Persalinan Kala I dan II Bermasalah (Passenger)”.
Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan membaca makalah ini, sedikit banyaknya akan menambah pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, Juli 2016


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kelainan Presentasi dan Posisi..............................................................
B.     Distosia Karena Kelainan His...............................................................
C.     Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan..........................................
D.    Distosia Karena Kelainan Janin.............................................................
E.     Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir.....................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................
B.     Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Definisi distosia Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18 jam. Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
Mekanisme distosia Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I.
Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion) dikatakan baik bila sudah terjadi desensus janin.
Gangguan fungsi otot uterus dapat disebabkan oleh regangan uterus berlebihan dan atau partus macet [obstructed labor]. Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fetopelvic disproportion.
Membedakan gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic disproportion secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut sebenarnya memiliki hubungan yang erat.
Kondisi tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya proses persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung adanya disfungsi uterus dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk menentukan apakah persalinan pervaginam dapat berhasil pada sebuah persalinan yang diperkirakan akan berlangsung tidak efektif.

     B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Kelainan Presentasi dan Posisi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan His ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Alat Kandungan ?
4.      Apa yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Janin ?
5.      Apa yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Jalan Lahir ?

       C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu Kelainan Presentasi Dahi
2.      Untuk mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan His
3.      Untuk mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Alat Kandungan
4.      Untuk mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Janin
5.      Untuk mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Jalan Lahir
 


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kelainan Presentasi dan Posisi
1.      Presentasi Puncak Kepala
a.       Pengertian
Adalah apabila deraja defleksnya ringan, sehingga UUB merupakan bagian terendah. Umumnya bersifat sementara kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.  Kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubun-ubun kecil sebagai penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi belakan kepala. Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.
b.      Etiologi
1)      Faktor maternal dan faktor uterus :
a)      Panggul sempit
b)      Perut ibu yang pendulans
c)      Neoplasma
d)      Kelainan uterus
e)      Kelainan letak dan besarnya placenta
2)      Faktor janin :
a)      Bayi yang besar
b)      Kesalahan dalam polaritas janin
c)       Putaran paksi dalam yang abnormal
d)      Sikap janin: tidak fleksi tetapi extensi
e)      Kehamilan ganda
f)       Kelainan janin
g)      Hydramnion



2.      Presentasi Muka
a.       Pengertian
Adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap kebawah. Primer bila terjadi sejak kehamilan, sekunder bila terjadi pada proses persalinan.
b.      Diagnosis
1)      Tubuh janin dalam keadaan fleksi, sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba punggung.
2)      Bagian kepala menonjol yaitu belakang kepala berada di sebelah yang berlawanan dengan letak dada.
3)      Di daerah itu juga dapat diraba bagian-bagian kecil janin dan DJJ lebih jelas.
4)       Periksa dalam meraba dagu, mulut, hidung,  pinggir orbita.
c.       Etiologi
Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
1)      Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2)      Multiparitas, perut gantung.
3)      Anensefalus, tumor leherbagian depan.
d.      Penanganan
1)      Pada persalinan cek ada tidaknya CPD :
a)      Bila tidak ada CPD, dagu didepan à persalinan spontan.
b)      Bila dagu dibelakang à beri kesempatan dagu memutar ke depan dengan memasukkan 1 tangan dalam vagina.
c)      Keadaan tertentu dicoba merubah menjadi presentasi belakang kepala dengan memasukkan tangan dalam vagina, kemudian memutar muka padadaerah mulut dan dagu keatas. Bila gagal, coba perasat Thorn.
2)      Indikasi ekstraksi cunam : bila dagu di depan.
3)      Indikasi SC pada ; posisi mento posterior persisten, kesempitan panggul dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga panggul.

3.      Presentasi Dahi
a.       Pengertian
Adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi menjadi bagian terendah. Sebagian besar berubah menjadi belakang kepala.
b.      Diagnosis
1)      Pemeriksaan liuar seperti pada presentasi muka , tapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
2)       DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
3)       Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
4)       Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.
c.       Etiologi
Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
1)      Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2)      Multiparitas, perut gantung.
3)      Anensefalus, tumor leherbagian depan.
d.      Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup).




4.      Presentasi Occipito posterior
a.       Pengertian
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang. Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput.
b.      Etiologi
1)      Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis
2)      Letak punggung janin dorsoposterior
3)      Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada
4)      Panggul sempit
c.       Penanganan
1)      Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
2)      Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin
3)      Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi
4)      Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
5)      Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip
6)      Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
7)      Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V atau forseps
8)      Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC

B.     Distosia Karena Kelainan His
Adalah persalinan yang sulit akibat his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan persalinan macet.
Jenis-jenis Distosia Karena Kelainan His :
1.      His Hipotonic/ Inersia Uteri
a.       Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
b.      Inersia uteri terbagi menjadi 2, yaitu :
1)      Inersia uteri Primer
Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kalla I fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2)      Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
c.       Penanganan
1)      Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul.
2)       Bila kepala sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk berjalan-jalan
3)      Buat rencana tindakan yang akan dilakukan : Berikan oxitosin drip 5-10 dalam 500 cc,  dextrose 5 % dimulai 12 tetes/menit, naikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit Pemebrian oxitosin jangan berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.
4)      Bila inersia disertai CPD tindakan sebaiknya lakukan SC
Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah danpartus > 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oxitosin drip. Segera selesaikan partus dengan vacuum/Forseps/SC.
2.      His Hipertonic
a.       Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.  Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainyaHis yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat. Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas pada jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perenium bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi pendarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
b.      Penanganan
1)      Saat persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perenium tingkat III.
2)      Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
e.       His yang tidak terkordinasi
a.       Pengertian
Adalah His yang sifatnya berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His sejenis ini disebut juga Ancoordinat Hipertonic Uterine Contraction.
b.      Etiologi
1)      Kelainan His sering dijumpai pada primigravida tua Sedangkan inersia uteri sering dijumpai pad multigravida dan grandemulti.
2)      Faktor herediter.
3)      Faktor emosi dan ketakutan
4)      Salah pimpinan persalinan
5)      Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan SBR. Dijumpai pada kesalahan letak janin dan CPD.
6)      Kelainan uterus Ex : uterus Bikornis unikolis
7)      Salah pemberian obat-obatan, oxitosin dan obat penenang
8)      Kehamilan postmatur.
c.       Penanganan
1)      Untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan tonus otot, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
2)      Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlh partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forcep, atau SC.

C.      Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan
1.         Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.
a.         Oedema Vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala pre eklamsia akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan giza. Pada persalinan lama dengan penderita dibiarkan mengedan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva. Kelainan ini umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran per vaginam.
b.        Stenosis Vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulakn kesulitan. Walaupun umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi, yang cukup luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium utrethra eksternum tampak dapat pula, terjadi. Penanganan ini ialah mengadakan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala.
c.         Kelainan Bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia hymenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematimetra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.
d.        Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir. Serta dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone estroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi pula emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
e.         Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma dijaringan ikat yang renggang divulva, sekitar vagina atay ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
f.         Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
Sifilis disebabkan oleh troponema palladium. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita dalam stadium 2 dijumpai kondiloma akuminata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan licin, basah, warna putih atau kelabu dan sangat infeksius. Wanita hamil fluor albus harus diperiksa kemungkinan lues di samping pemeriksaan gonorea, trikomoniasias dan kandidiasis. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria.Bayi yang lahir dengan ibu yang menderita gonorea dapat mengalami blenora neonaturum.
Trikomoniasis vaginalis yang disebabkan parasit golongan protozoa menimbulkan gejala fluor albus dan gatal. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan sebaliknya dia dapat menulari pasangan wanita. Penularan dapat terjadi juga melalui handuk.
g.        Kondiloma Akuminata
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lender yang menyerupai jengger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocavteratau atau dengan tingtura podofilin. Kemungkinan residiv selalu ada penyebab rangsangan tidak berantas lebih dahulu atau penyakit primernya kambuh.
h.        Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.
2.         Vagina
a.         Kelainan Vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina dan ditempatnya introitus vagina dan terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam.Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit. Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penetupan vagina ini menyeluruh menstruasi timbul tapi darahnya tidak keluar, namun bila penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin pada partus kala II.
b.        Stenosis Vagina Kongenital
Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.
c.         Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janinm per vaginam, adanya tumor vagina bisa pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan seksio sesar.
d.        Kista Vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna. Bila kecil dan tidak ada keluhan dibiarkan tetapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.

3.         Serviks
a.         Distosia Servikalis
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah lapisan tipis atau disebaut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukkan ke orifisium ini biasanya serviks yang kaku pada primi tua sebagai akibat infeksi atau operasi.

4.         Uterus
a.         Retroflexio Uteri
Retroflexio uteri gravida yang tetap menimbulkan abortus atau retroflexio uteri gravidi incarcerate. Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup bulan. Jika ini terjadi, maka partus dapat terjadi rupture uteri.
b.        Prolapsus Uteri
Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkut\rang karena setelah bulan ke IV uterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada kalanya portio ini menjadi oedemateus.
c.         Kelainan Bawaan Uterus
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi.
Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2 vagina.
uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.

D.      Distosia Karena Kelainan Janin
1.         Bayi Besar (Makrosomia)
a.         Pengertian
Bayi besar adalah bayi lahir  yang beratnya lebih dari 4000 gram. menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya melebihi 4500 gram. 
Sebab-sebab bayi besar adalah :
1)        Diabetes
2)        Keturunan (orang tuanya besar-besar)
3)        Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.
Faktor-faktor makrosomia antara lain :
1)        Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
2)        Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
3)        Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi   besar.

b.        Tanda dan gejala
1)        Besar untuk usia gestasi
2)        Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
3)        Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
4)        Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
c.         Penatalaksanaan medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan.
Pemantauan glukosa darah ( Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila ka dar glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-turut.   Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.
d.        Alasan merujuk
Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
1)        Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial
2)        Distosia bahu
3)        Ruptur uteri
4)        Robekan perineum
5)        Fraktur anggota gerak

2.         Hidrosefalus
a.         Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus Ialah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan otak didalam vertical otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam vertikal biasanya antara 500-1500 ml akan tetapi kadang-kadang dapat mencampai 5 liter.Hidrochepalus sering disertai kelainan bawaan lain seperti spina bipida karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah uterus maka sering ditemukan dalam letak sungsang.(Wiknjosastro,2007)
b.        Etiologi
1)        Kelainan Bawaan (Kongenital)
a)         Stenosis akuaduktus Sylvii
b)        Spina bifida dan kranium bifida
c)         Sindrom Dandy-Walker
d)        Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2)        Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3)        Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4)        Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
c.         Penanganan
Persalinan pada wanita dengan janin hidrochepalus perlu dilakukan pengawasan yang seksama karena bahaya terjadinya Ruptura Uteri. Pada hidrochepalus kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan cherebrospinalis dikeluarkan dengan fungsi pada kepala menggunakan janin spinal, setelah kepala mengecil bahaya regangan segmen bahaya uterus hilang, sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala kedalam rongga panggul.
3.         Anensefalus
a.         Pengertian Anenchepalus
Anchepalus Ialah tidak ada otak atau tidak sempurna terbentuk dan atap tengkorak juga tidak ada dan merupakan suatu kelainan kongenital dimana tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os frontalis,os parietalis dan os occipitalis hingga tampak gambaran penonjolan bola mata.
Gangguan pertumbuhan ini timbul antara hari ke 16-26 sesudah konsepsi dan merupakan salah satu jenis gangguan pertumbuhan tuba neuralis.Kelainan anenchepalus ditemukan kira-kira 1x/1000 kelahiran hidup,kelainan pada bayi perempuan lebih banyak dari pada bayi laki-laki membuat diagnosis anenchepalus pada waktu lahir tidak sulit.Pada kehamilan dengan polihidramnion harus dipikirkan kemungkinan anenchepalus dengan pemerisaan ultrasonografik atau radiologi dapat ditentukan ada tidaknya kelainan tersebut.Pengobatan anenchepalus pada saat ini tadak ada dan biasanya bayi lahir matit,meninggal waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir.(Wiknjosastro,2007)

b.        Etiologi
Penyebab anencephalus antara lain : faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal.  Faktor radiasi, faktor gizi dan lainnya. Faktor resiko terjadinya anencephalus adalah : faktor ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol selama masa kehamilan.
c.         Penanganan
1)        Anjurkan pada setiap wanita usia subur yang telah menikah untuk mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat setiap harinya.
2)        Pada ibu dengan riwayat anensefalus, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi asam folat yang lebih tinggi yaitu 4 mg saat sebelum hamil dan pada saat kehamilannya.
3)        Lakukan asuhan antenatal secara teratur.
4)        Bayi yang menderita anensefalus tidak akan bertahan, mereka lahir dalam keadaan meninggal atau akan meninggal dalam waktu beberapa hari setelah lahir.
4.         Kembar Siam
a.         Pengertian Kembar siam
Kembar siam Adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu .Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.Kemungkinan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5% dan 25% dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan(Wiknjosastro,2007)
b.        Etiologi
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar.selain faktor genetik,obat penyubur yang dikonsumsi dengna tujuan agar sel telur matang secara sempurna.juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar.Alasannya,jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur,maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan enam.
c.         Penatalaksanaan
Jika pada saat pemeriksaaan kehamilan sudah ditegakkan janin kembar siam, tindakan yang lebih aman adalah melakukan sectio caesarea.

5.         Gawat Janin
a.         Pengertian
Gawat janin adalah keadaan ketika janin tidak memperoleh O2 yang cukup.Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut :
1)        Frekuensi bunyi Djj ± 120X/I atau lebih dari 160X/i
2)        Berkurangnya gerakan janin atau (janin normal bergerak lebih dari 10 x/hari)
3)        Adanya air ketuban bercampur mekonium,warna kehijauan (jika bayi dengan letak kepala)
b.        Etiologi
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup,sehingga mengalami hipoksia.Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut.janin yang sehat adalah janin yang tumbuh normal,dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala.
Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan/hipoksia adalah sbb:
1)        Janin yang pertumbuhannya terlambat
2)        Janin dari ibu yang diabetes
3)        Janin dengan kelainan letat
4)        Janin kelainan bawaan/infeksi
Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :
1)        Persalinan berlangsung lama
2)        Induksi persalinan dengan oksitosin
3)         Ada perdarahan dan infeksi
4)        Insufiensi Plecenta:postterm,pre eklamsi
c.         Penanganan
1)        Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
2)        Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan djj tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab janin :
a)         Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta
b)        Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika
c)         Jika tali pusat terletak di bawah bagian janin atau dalam vagina, lakukan penanganan polaps tali pusat.
3)        Jika djj tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan :
a)         Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum atau forcep.
b)        Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis, lakukan persalinan dengan secsio caesaria.

E.       Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan panggul/bagian keras, dapat berupa : kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Serta kelainan ukuran panggul yaitu panggul sempit (pelvic contaction) dimana panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
1.         Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2.         Kesempitan midpelvis
a.         Diameter interspinarum 9 cm
b.        Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
c.         Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.
d.        Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.
                 3.      Kesempitan outlet
im Karena arkus pubis sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang. Ukuran rata-rata panggul wanita normal.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ada beberapa penyulit, kelainan, dan  komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan Kala I dan II, yaitu sebagai berikut :
1.      Kelainan presentasi dan posisi, yaitu : Presentasi Puncak Kepala, Presentasi Muka, presentasi Dahi, Presentasi Oksiput posterior.
2.      Distosia karena Kelainan His, yaitu persalinan yang sulit akibat his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan persalinan macet.
3.      Distosia karena Kelainan Alar Kandungan, yaitu kelainan vulva, vagina, serviks, uterus,
4.      Distosia karena Kelainan Janin, antara lain : bayi besar, hidrosefalus, anensefalus, kembar siam, gawat janin.
5.Distosia karena kelainan panggul/bagian keras, dapat berupa : kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenisNaegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Serta kelainan ukuran panggul yaitu panggul sempit (pelvic contaction) dimana panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP PROSES KIP/K

NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR PROFESI

Hormon yang Berhubungan dengan Gametogenesis dan Fungsi Reproduksi