MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I DAN II BERMASALAH (PASSENGER)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA
PERSALINAN KALA I DAN II BERMASALAH (PASSENGER)
OLEH
ARMIANTI
(14.1301.315 )
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
FAKULTAS
KEPERAWATAN
PROGRAM
STUDI D-III KEBIDANAN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penuis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
Persalinan Kala I dan II Bermasalah (Passenger)”.
Kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca, agar di lain kesempatan kami dapat memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan membaca makalah
ini, sedikit banyaknya akan menambah
pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Makassar, Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.........................................................................................
B.
Rumusan Masalah....................................................................................
C.
Tujuan
Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kelainan Presentasi dan Posisi..............................................................
B.
Distosia Karena Kelainan
His...............................................................
C.
Distosia Karena Kelainan Alat
Kandungan..........................................
D.
Distosia Karena Kelainan Janin.............................................................
E.
Distosia Karena Kelainan Jalan
Lahir.....................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
............................................................................................
B.
Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Definisi
distosia Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang
ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal
(Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
spontan dalam 18 jam. Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan.
Dapat disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir
Mekanisme
distosia Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus
dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum
mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya
dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan
persalinan kala I.
Setelah
dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin
serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion) dikatakan baik bila sudah
terjadi desensus janin.
Gangguan
fungsi otot uterus dapat disebabkan oleh regangan uterus berlebihan dan atau
partus macet [obstructed labor]. Dengan demikian maka persalinan yang tidak
berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fetopelvic
disproportion.
Membedakan
gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic disproportion
secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut
sebenarnya memiliki hubungan yang erat.
Kondisi
tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya proses
persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung adanya
disfungsi uterus dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk menentukan
apakah persalinan pervaginam dapat berhasil pada sebuah persalinan yang
diperkirakan akan berlangsung tidak efektif.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Kelainan Presentasi dan Posisi ?
2. Apa
yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan His ?
3. Apa
yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Alat Kandungan ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Janin ?
5. Apa
yang dimaksud dengan Distosia karena Kelainan Jalan Lahir ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa itu Kelainan Presentasi Dahi
2. Untuk
mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan His
3. Untuk
mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Alat Kandungan
4. Untuk
mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Janin
5. Untuk
mengetahui apa itu Distosia karena Kelainan Jalan Lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelainan
Presentasi dan Posisi
1. Presentasi
Puncak Kepala
a. Pengertian
Adalah apabila deraja
defleksnya ringan, sehingga UUB merupakan bagian terendah. Umumnya bersifat
sementara kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala. Kelainan posisi merupakan posisi abnormal
ubun-ubun kecil sebagai penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi
adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi belakan kepala. Janin dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.
b. Etiologi
1) Faktor
maternal dan faktor uterus :
a) Panggul
sempit
b) Perut
ibu yang pendulans
c) Neoplasma
d) Kelainan
uterus
e) Kelainan
letak dan besarnya placenta
2) Faktor
janin :
a) Bayi
yang besar
b) Kesalahan
dalam polaritas janin
c) Putaran
paksi dalam yang abnormal
d) Sikap
janin: tidak fleksi tetapi extensi
e) Kehamilan
ganda
f) Kelainan
janin
g) Hydramnion
2. Presentasi
Muka
a. Pengertian
Adalah keadaan dimana
kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada
punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap kebawah. Primer bila
terjadi sejak kehamilan, sekunder bila terjadi pada proses persalinan.
b. Diagnosis
1) Tubuh
janin dalam keadaan fleksi, sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba
punggung.
2) Bagian
kepala menonjol yaitu belakang kepala berada di sebelah yang berlawanan dengan
letak dada.
3) Di
daerah itu juga dapat diraba bagian-bagian kecil janin dan DJJ lebih jelas.
4) Periksa dalam meraba dagu, mulut, hidung, pinggir orbita.
c. Etiologi
Penyebabnya keadaan –
keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala.
1) Sering
ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2) Multiparitas,
perut gantung.
3) Anensefalus,
tumor leherbagian depan.
d. Penanganan
1) Pada
persalinan cek ada tidaknya CPD :
a) Bila
tidak ada CPD, dagu didepan à persalinan spontan.
b) Bila
dagu dibelakang à beri kesempatan dagu memutar ke depan
dengan memasukkan 1 tangan dalam vagina.
c) Keadaan
tertentu dicoba merubah menjadi presentasi belakang kepala dengan memasukkan
tangan dalam vagina, kemudian memutar muka padadaerah mulut dan dagu keatas.
Bila gagal, coba perasat Thorn.
2) Indikasi
ekstraksi cunam : bila dagu di depan.
3) Indikasi
SC pada ; posisi mento posterior persisten, kesempitan panggul dan kesulitan
turunnya kepala dalam rongga panggul.
3. Presentasi
Dahi
a. Pengertian
Adalah keadaan dimana
kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal,
sehingga dahi menjadi bagian terendah. Sebagian besar berubah menjadi belakang
kepala.
b. Diagnosis
1) Pemeriksaan
liuar seperti pada presentasi muka , tapi bagian belakang kepala tidak seberapa
menonjol.
2) DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang
sama dengan bagian-bagian kecil janin.
3) Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke
dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
4) Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung
satu teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita.,
mulut dan dagu tidak teraba.
c. Etiologi
Penyebabnya keadaan –
keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala.
1) Sering
ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2) Multiparitas,
perut gantung.
3) Anensefalus,
tumor leherbagian depan.
d. Penanganan
Presentasi dahi dengan
ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam,
jadi lakukan SC (janin hidup).
4. Presentasi Occipito posterior
a. Pengertian
Pada persalinan
presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura
sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang.
Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah
Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator
aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput.
b. Etiologi
1) Sering
dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis
2) Letak
punggung janin dorsoposterior
3) Putar
paksi salah satu tidak berlangsung pada
4) Panggul
sempit
c. Penanganan
1) Lakukan
pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
2) Tindakan
baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin
3) Pada
persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari
episiotomi
4) Periksa
ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
5) Bila
pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin
drip
6) Bila
pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah
ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
7) Bila
pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V
atau forseps
8) Bila
ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC
B.
Distosia
Karena Kelainan His
Adalah persalinan yang sulit akibat
his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan
lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan persalinan macet.
Jenis-jenis Distosia Karena Kelainan
His :
1.
His Hipotonic/ Inersia Uteri
a.
Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini
kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang
misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase
aktif, maupun pada kala pengeluaran.
b.
Inersia uteri terbagi menjadi 2, yaitu :
1)
Inersia
uteri Primer
Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kalla I fase
laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang
timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2)
Inersia
uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his
baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
c.
Penanganan
1)
Periksa
keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan panggul.
2)
Bila kepala sudah masuk PAP anjurkan pasien
untuk berjalan-jalan
3)
Buat
rencana tindakan yang akan dilakukan : Berikan oxitosin drip 5-10 dalam 500
cc, dextrose 5 % dimulai 12 tetes/menit,
naikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit Pemebrian oxitosin jangan
berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.
4)
Bila
inersia disertai CPD tindakan sebaiknya lakukan SC
Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder
ibu lemah danpartus > 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada
gunanya memberikan oxitosin drip. Segera selesaikan partus dengan
vacuum/Forseps/SC.
2.
His Hipertonic
a.
Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan
cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien
untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine
action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang
berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his
yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi
hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan
kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian
oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainyaHis yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
berlangsung cepat. Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas
pada jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perenium bahaya bagi bayi
adalah dapat terjadi pendarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat
dalam waktu singkat.
b.
Penanganan
1)
Saat
persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada waktu yang
tepat untuk menghindari ruptur perenium tingkat III.
2)
Dilakukan
pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan.
Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
e. His yang
tidak terkordinasi
a. Pengertian
Adalah His yang sifatnya
berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar His dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Tonus otot yang meningkat
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His sejenis ini disebut juga Ancoordinat
Hipertonic Uterine Contraction.
b. Etiologi
1)
Kelainan
His sering dijumpai pada primigravida tua Sedangkan inersia uteri sering
dijumpai pad multigravida dan grandemulti.
2)
Faktor
herediter.
3)
Faktor
emosi dan ketakutan
4)
Salah
pimpinan persalinan
5)
Bagian
terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan SBR. Dijumpai pada kesalahan
letak janin dan CPD.
6)
Kelainan
uterus Ex : uterus Bikornis unikolis
7)
Salah
pemberian obat-obatan, oxitosin dan obat penenang
8)
Kehamilan
postmatur.
c.
Penanganan
1)
Untuk
mengurangi rasa takut, cemas, dan tonus otot, berikan obat-obatan anti sakit
dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
2)
Apabila
persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlh partus
menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forcep,
atau SC.
C.
Distosia
Karena Kelainan Alat Kandungan
1.
Vulva
Kelainan
yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan
bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.
a.
Oedema Vulva
Bisa
timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala pre eklamsia akan tetapi dapat
pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan giza. Pada persalinan lama dengan
penderita dibiarkan mengedan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva.
Kelainan ini umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran per vaginam.
b.
Stenosis Vulva
Biasanya
terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang
sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulakn kesulitan. Walaupun umumnya
dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi, yang cukup luas. Kelainan
congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium utrethra
eksternum tampak dapat pula, terjadi. Penanganan ini ialah mengadakan sayatan
median secukupnya untuk melahirkan kepala.
c.
Kelainan Bawaan
Atresia
vulva dalam bentuk atresia hymenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematimetra
dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.
d.
Varises
Wanita
hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan
wasir. Serta dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi system
vena pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone
estroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi pula emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi pula emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
e.
Hematoma
Pembuluh
darah pecah sehingga hematoma dijaringan ikat yang renggang divulva, sekitar
vagina atay ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma
misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar. Bila hematoma
kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
f.
Peradangan
Peradangan
vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat
infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
Sifilis disebabkan oleh troponema palladium. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita dalam stadium 2 dijumpai kondiloma akuminata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan licin, basah, warna putih atau kelabu dan sangat infeksius. Wanita hamil fluor albus harus diperiksa kemungkinan lues di samping pemeriksaan gonorea, trikomoniasias dan kandidiasis. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria.Bayi yang lahir dengan ibu yang menderita gonorea dapat mengalami blenora neonaturum.
Sifilis disebabkan oleh troponema palladium. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita dalam stadium 2 dijumpai kondiloma akuminata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan licin, basah, warna putih atau kelabu dan sangat infeksius. Wanita hamil fluor albus harus diperiksa kemungkinan lues di samping pemeriksaan gonorea, trikomoniasias dan kandidiasis. Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria.Bayi yang lahir dengan ibu yang menderita gonorea dapat mengalami blenora neonaturum.
Trikomoniasis
vaginalis yang disebabkan parasit golongan protozoa menimbulkan gejala fluor
albus dan gatal. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan
sebaliknya dia dapat menulari pasangan wanita. Penularan dapat terjadi juga
melalui handuk.
g.
Kondiloma Akuminata
Merupakan
pertumbuhan pada kulit selaput lender yang menyerupai jengger ayam jago.
Berlainan dengan kondiloma latum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih
tinggi, warnaya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis
menganjurkan insisi dengan elektrocavteratau atau dengan tingtura podofilin.
Kemungkinan residiv selalu ada penyebab rangsangan tidak berantas lebih dahulu
atau penyakit primernya kambuh.
h.
Fistula
Fistula
vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin
baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama
antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian
jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi
inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh
dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per
vaginam.
2.
Vagina
a.
Kelainan Vagina
Pada
aplasia vagina tidak ada vagina dan ditempatnya introitus vagina dan terdapat
cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam.Terapi terdiri atas pembuatan
vagina baru beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini
sebaiknya pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina
dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit. Pada
atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum
yang horizontal, bila penetupan vagina ini menyeluruh menstruasi timbul tapi
darahnya tidak keluar, namun bila penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan
timbul kesulitan kecuali mungkin pada partus kala II.
b.
Stenosis Vagina Kongenital
Jarang
terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara
lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya
cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum
tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan
harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat
perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan
merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.
c.
Tumor Vagina
Dapat
merupakan rintangan bagi lahirnya janinm per vaginam, adanya tumor vagina bisa
pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak
resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah
persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan seksio
sesar.
d.
Kista Vagina
Kista
vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam
vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna.
Bila kecil dan tidak ada keluhan dibiarkan tetapi bila besar dilakukan
pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.
3.
Serviks
a.
Distosia Servikalis
Karena
dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I
serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan
lembaran kertas dibawah kepala janin. Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang
kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah lapisan tipis atau disebaut
dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukkan ke orifisium ini
biasanya serviks yang kaku pada primi tua sebagai akibat infeksi atau operasi.
4.
Uterus
a.
Retroflexio Uteri
Retroflexio
uteri gravida yang tetap menimbulkan abortus atau retroflexio uteri gravidi
incarcerate. Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai
umur cukup bulan. Jika ini terjadi, maka partus dapat terjadi rupture uteri.
b.
Prolapsus Uteri
Biasanya
prolapsus uteri yang inkomplit berkut\rang karena setelah bulan ke IV uterus
naik dan keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada kalanya portio ini
menjadi oedemateus.
c.
Kelainan Bawaan Uterus
Secara
embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelainan bawaan dapat terjadi
akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan
dalam kanalisasi.
Uterus
didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang
sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2
serviks, dan 2 vagina.
uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.
uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.
D.
Distosia
Karena Kelainan Janin
1.
Bayi Besar (Makrosomia)
a.
Pengertian
Bayi besar
adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia
kalau beratnya melebihi 4500 gram.
Sebab-sebab bayi
besar adalah :
1)
Diabetes
2)
Keturunan (orang tuanya besar-besar)
3)
Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala
atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.
Faktor-faktor makrosomia antara lain :
1)
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan
bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
2)
Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan
kelahiran bayi besar (bayi giant).
3)
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan
juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.
b.
Tanda dan gejala
1)
Besar untuk usia gestasi
2)
Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan
polihidramnion
3)
Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas
darah
4)
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
c.
Penatalaksanaan medis
Pemeriksaan klinik dan
ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan
faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi
besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang
berlebihan.
Pemantauan glukosa darah ( Pada
saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila
ka dar glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-turut. Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa
parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral
tidak efektif.
d.
Alasan merujuk
Bila dijumpai diagnosis makrosomia,
maka bidan harus segera membuat rencana asuhan kebidanan untuk segera
diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan
adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga
ibunya.
Masalah potensial yang akan
dialami adalah:
1)
Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih
besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial
2)
Distosia bahu
3)
Ruptur uteri
4)
Robekan perineum
5)
Fraktur anggota gerak
2.
Hidrosefalus
a.
Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus Ialah keadaan dimana
terjadi penimbunan cairan otak didalam vertical otak, sehingga kepala menjadi
besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang
tertimbun dalam vertikal biasanya antara 500-1500 ml akan tetapi kadang-kadang
dapat mencampai 5 liter.Hidrochepalus sering disertai kelainan bawaan lain
seperti spina bipida karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat
berakomodasi dibagian bawah uterus maka sering ditemukan dalam letak
sungsang.(Wiknjosastro,2007)
b.
Etiologi
1)
Kelainan Bawaan (Kongenital)
a)
Stenosis akuaduktus Sylvii
b)
Spina bifida dan kranium bifida
c)
Sindrom Dandy-Walker
d)
Kista araknoid dan anomali pembuluh
darah
2)
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3)
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4)
Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
c.
Penanganan
Persalinan pada wanita dengan janin
hidrochepalus perlu dilakukan pengawasan yang seksama karena bahaya terjadinya
Ruptura Uteri. Pada hidrochepalus kepala janin harus dikecilkan pada permulaan
persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan cherebrospinalis dikeluarkan dengan
fungsi pada kepala menggunakan janin spinal, setelah kepala mengecil bahaya
regangan segmen bahaya uterus hilang, sehingga tidak terjadi kesulitan
penurunan kepala kedalam rongga panggul.
3.
Anensefalus
a.
Pengertian Anenchepalus
Anchepalus Ialah tidak ada otak atau
tidak sempurna terbentuk dan atap tengkorak juga tidak ada dan merupakan suatu
kelainan kongenital dimana tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal
dari os frontalis,os parietalis dan os occipitalis hingga tampak gambaran
penonjolan bola mata.
Gangguan
pertumbuhan ini timbul antara hari ke 16-26 sesudah konsepsi dan merupakan
salah satu jenis gangguan pertumbuhan tuba neuralis.Kelainan anenchepalus
ditemukan kira-kira 1x/1000 kelahiran hidup,kelainan pada bayi perempuan lebih
banyak dari pada bayi laki-laki membuat diagnosis anenchepalus pada waktu lahir
tidak sulit.Pada kehamilan dengan polihidramnion harus dipikirkan kemungkinan
anenchepalus dengan pemerisaan ultrasonografik atau radiologi dapat ditentukan
ada tidaknya kelainan tersebut.Pengobatan anenchepalus pada saat ini tadak ada
dan biasanya bayi lahir matit,meninggal waktu persalinan atau beberapa jam
setelah lahir.(Wiknjosastro,2007)
b.
Etiologi
Penyebab anencephalus antara lain : faktor mekanik,
faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal. Faktor
radiasi, faktor gizi dan lainnya. Faktor resiko terjadinya anencephalus adalah
: faktor ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan sebelumnya, hamil
dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan
gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol selama masa kehamilan.
c.
Penanganan
1)
Anjurkan pada setiap wanita usia subur yang telah
menikah untuk mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat setiap
harinya.
2)
Pada ibu dengan riwayat anensefalus, anjurkan ibu
untuk mengkonsumsi asam folat yang lebih tinggi yaitu 4 mg saat sebelum hamil
dan pada saat kehamilannya.
3)
Lakukan asuhan antenatal secara teratur.
4)
Bayi yang menderita anensefalus tidak akan bertahan,
mereka lahir dalam keadaan meninggal atau akan meninggal dalam waktu beberapa
hari setelah lahir.
4.
Kembar Siam
a.
Pengertian Kembar siam
Kembar siam Adalah keadaan anak
kembar yang tubuh keduanya bersatu .Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi
kembar identik gagal terpisah secara sempurna.Kemungkinan kasus kembar siam
diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran yang bisa bertahan hidup
berkisar antara 5% dan 25% dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin
perempuan(Wiknjosastro,2007)
b.
Etiologi
Banyak faktor
diduga sebagai penyebab kehamilan kembar.selain faktor genetik,obat penyubur
yang dikonsumsi dengna tujuan agar sel telur matang secara sempurna.juga diduga
ikut memicu terjadinya bayi kembar.Alasannya,jika indung telur bisa memproduksi
sel telur dan diberi obat penyubur,maka sel telur yang matang pada saat bersamaan
bisa banyak bahkan sampai lima dan enam.
c.
Penatalaksanaan
Jika pada saat
pemeriksaaan kehamilan sudah ditegakkan janin kembar siam, tindakan yang lebih
aman adalah melakukan sectio caesarea.
5.
Gawat Janin
a.
Pengertian
Gawat janin
adalah keadaan ketika janin tidak memperoleh O2 yang cukup.Gawat janin dapat
diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut :
1)
Frekuensi bunyi Djj ± 120X/I atau lebih
dari 160X/i
2)
Berkurangnya gerakan janin atau (janin
normal bergerak lebih dari 10 x/hari)
3)
Adanya air ketuban bercampur
mekonium,warna kehijauan (jika bayi dengan letak kepala)
b.
Etiologi
Gawat janin terjadi bila janin tidak
menerima O2 cukup,sehingga mengalami hipoksia.Situasi ini dapat terjadi kronik
(dalam jangka waktu lama) atau akut.janin yang sehat adalah janin yang tumbuh
normal,dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala.
Adapun janin yang beresiko tinggi
untuk mengalami kegawatan/hipoksia adalah sbb:
1)
Janin yang pertumbuhannya terlambat
2)
Janin dari ibu yang diabetes
3)
Janin dengan kelainan letat
4)
Janin kelainan bawaan/infeksi
Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :
1)
Persalinan berlangsung lama
2)
Induksi persalinan dengan oksitosin
3)
Ada
perdarahan dan infeksi
4)
Insufiensi Plecenta:postterm,pre eklamsi
c.
Penanganan
1)
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam,
obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
2)
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan djj tetap
abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari penyebab janin :
a)
Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang
timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta
b)
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret
vagina berbau tajam) berikan antibiotika
c)
Jika tali pusat terletak di bawah bagian janin atau
dalam vagina, lakukan penanganan polaps tali pusat.
3)
Jika djj tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda
lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan :
a)
Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak
lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis, lakukan persalinan dengan ekstraksi
vakum atau forcep.
b)
Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin
berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis, lakukan persalinan dengan secsio
caesaria.
E. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan panggul/bagian keras, dapat berupa
: kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Serta kelainan ukuran panggul yaitu panggul sempit (pelvic contaction) dimana panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Serta kelainan ukuran panggul yaitu panggul sempit (pelvic contaction) dimana panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
1.
Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila
cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.
Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2.
Kesempitan midpelvis
a.
Diameter interspinarum 9 cm
b.
Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter
sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
c.
Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO
– pelvimetri.
d.
Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu
persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.
3.
Kesempitan outlet
im Karena
arkus pubis sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang. Ukuran
rata-rata panggul wanita normal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada beberapa penyulit, kelainan,
dan komplikasi yang dapat terjadi pada
persalinan Kala I dan II, yaitu sebagai berikut :
1. Kelainan
presentasi dan posisi, yaitu : Presentasi Puncak Kepala, Presentasi Muka,
presentasi Dahi, Presentasi Oksiput posterior.
2. Distosia
karena Kelainan His, yaitu persalinan
yang sulit akibat his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan
rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan
persalinan macet.
3. Distosia karena Kelainan Alar
Kandungan, yaitu kelainan vulva, vagina, serviks, uterus,
4. Distosia karena Kelainan Janin,
antara lain : bayi besar, hidrosefalus, anensefalus, kembar siam, gawat janin.
5.Distosia karena kelainan panggul/bagian keras,
dapat berupa
: kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenisNaegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Serta kelainan
ukuran panggul yaitu panggul sempit (pelvic contaction) dimana panggul disebut
sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Komentar
Posting Komentar