ANATOMI DAN FISIOLOGI LAKTASI
MAKALAH STRUKTUR PAYUDARA DAN
FISIOLOGI LAKTASI
OLEH :
KELOMPOK
D
1. ARMIANTI
2. DHESRINA
AYU Z.
3. EKA
ARIANTI
4. JUSNANI
5. MASRIANI
6. FITRIANI
7. INDRIYANA
YASA
8. HAYYUNI
9. INA
PURWATI
10. ST.HAJRAH
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
FAKULTAS
KEPERAWATAN
PROGRAM
STUDI D-III KEBIDANAN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.Alhamdulillah,
Segala puji bagi Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
petunjuk-Nyalah, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “ Anatomi dan
Fisiologi Laktasi“ Tidak lupa juga saya
ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing.
Saya telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan
yang saya miliki sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Akan tetapi, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun
tata cara penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan
saya dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan membaca makalah
ini, sedikit banyaknya akanmenambah
pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Makassar, Desember 2015
Penyusun,
DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................1
C. Rumusan
Masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Payudara ..............................................................................3
B. Struktur
Payudara...................................................................................3
C. Proses
Laktasi.........................................................................................4
D. Proses
Pembentukan Laktogen
.............................................................5
E. Fisiologi
Laktasi.....................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
...........................................................................................9
B. Saran
.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi
antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang
adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah
satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air
susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama
kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu
berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di
sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan
kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh
ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan
bayinya dan dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam
hari. Hal ini yang merupakan hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama
ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun
demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi
yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum
kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode
kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari
hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan
informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan payudara ?
2.
Bagaimana struktur anatomi payudara ?
3.
Bagaimana fisiologi laktasi ?
4.
Bagaimanakah mekanisme hisapan bayi ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam
lagi payudara kita.
2.
Agar pembaca
dapat mengetahui betapa pentingnya laktasi.
3.
Mengetahui proses terjadinya laktasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Payudara
Payudara adalah Organ tubuh yang terletak
bagian bawah kulit dan di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata
lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada
sampai tulang iga ke enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di
tengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil
(Maryunani, 2010). Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering kali
berukuran tidak sama. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya lebih besar dari
yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu
menyusui mencapai 800 gram.
B.
Struktur
payudara
Ada tiga bagian utama
payudara, yaitu :
1.
Korpus (badan),
yaitu bagian yang
membesar.
2.
Areola,
yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3.
Papilla atau
putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Putting payudara dikelilingi
oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah
gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf
sensorik.
Disekitar putting payudara
terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan
menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan.
Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan putting
payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan putting payudara dan daerah
di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan
ormon implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku
ibu.
Dalam korpus mamae terdapat
alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari
beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi)
kemudian beberapa ormone berkumpul menjadi 15-20 buah ormone pada tiap
payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan
ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran
besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam
putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali
selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak
berisi, dan mempunyai satu bukaan ormone putting (duktus eksretorius). Tiap
lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang
mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar
susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak. Diantara ormone tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang
bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur
penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
C.
Proses Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Proses laktasi
tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan
adalah :
1.
Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan
ukuran alveoli.
2.
Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI
agar membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar estrogen menurun
saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
Sebaiknya ibu menyusui menghindar KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3.
Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam
kehamilan.
4.
Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam
rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.
Selain itu, pasca melahirkan oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down/milk ejection reflex.
5.
Human Placental Lactogen (HPL), sejak bulan kedua
kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan
payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi.
D.
Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentuka laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini :
1.
Laktogenesis I
Pada
fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis I. Saat itu
payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan.
Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya.
Namun, hali itu bukan merupakan masalah medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan
kolostrum sebelum bayinya lahir, hal ini
bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
2. Laktogenesis
II
Saat
melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,
estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal
ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase
laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan
meningkat dan mencapai puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulus sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin
dalam susu labih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul
02.00 dni hari hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
3.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur
produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol endokrin dimulai. Fase ini
dinamakan laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi mengisap, juga
seberapa sering payudara dikosongkan.
E. Fisiologi
Laktasi
1.
Proses produksi ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan
bermacam-macam hormon. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu
hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peranan
penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat selama kehamilan.
Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya
plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya
prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi, dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi. Namun, ibu perlu memberikan air sus
2-3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin
paling tinggi adalah pada malam hari. Hal ini cukup efektif digunakan sebagai
metode kontrasepsi yang lebih reliable untuk diterapkan apabila ingin
menghindari kehamilan.
Dua reflek pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran timbul karena
akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.
a.
Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor
pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat
air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui
akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada
saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu
menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh
psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.
b.
Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel miopitelim.
Kontraksi dari sel akan memeras ASI yang telah terbuat keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus untuk selanjutanya mengalir melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflaeks let down yatiu
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
menyusui.
Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh ASI
adalah sebagai berikut :
1)
Refleksi mencari (Rooting reflex)
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu
apabila ia diletakkan di payudara.
2)
Refleks mengisap (Sucking reflex)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin
semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada
ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi
supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di
belakang putting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan putting
susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan
timbul lecet-lecet pada putting susunya.
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana
lidah dijulurkan di atas gusi bawah putting susu ditarik lebih jauh sampai pada
orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang putting susu yang pada
saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum durum). Dengan
tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit
kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke
putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang
dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada putting susu.
3)
Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
mengisap (tekanan hormone) yang
ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi
berbeda bila bayi diberi susu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya
berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ormone bawah dan
selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan hormone) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang
diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi
yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol
secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung putting (nipple
confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti
mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air
susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak orm langsung disusui oleh
ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok,
cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
2.
Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi
disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan
saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormone
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi
dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Refleks ini dapat dihambat oleh
adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. Dengan demikian, penting untuk
menempatkan ibu dalam posisi yang nyaman, santai, dan bebas dari rasa sakit,
terutama pada jam-jam menyusukan anak.
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor-faktor yang
belum jelas bahannya, namun beberapa bahan terdapat kandungan seperti dopamin,
serotinin, katekolamin, dan TSH yang ada sangkut pautnya dengan pengeluaran
prolaktin.
Pengeluaran oksitosin ternyata disamping dipengaruhi
oleh isapan bayi juga oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus. Bila
duktus melebar atau menjadi lunak, maka secara reflekstoris dikeluarkan
oksitosin oleh hipofisis yang berperan untuk memeras keluar ASI dari alveoli.
Jadi, peranan prolaktin dan oksitosin mutlak diperlukan disamping faktor-faktor
lain selama proses menyusui.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit
dan di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Ada tiga bagian utama
payudara, yaitu Korpus (badan) merupakan bagian yang
membesar, areola
yaitu bagian yang kehitaman di
tengah dan Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. adapun
hormon-hormon yang berperan adalah progesteron, estrogen, oksitosin, prolaktin,
dan Human Placental Lactogen (HPL).
B.
Saran
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu
merupakan hal yang sangat penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang
wanita harus menjaga organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar
dari penyakit yang menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara
kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan
terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
Komentar
Posting Komentar